Inilah 5 Metode Pengujian Beton, Mana yang Terbaik?

Inilah 5 Metode Pengujian Beton, Mana yang Terbaik?

Penggunaan beton dalam dunia konstruksi tentu sudah tidak asing lagi. Beton adalah salah satu bahan bangunan berupa material komposit yang tersusun dari semen, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), atau jenis agregat lain dan air, serta bahan tambahan (aditif) lainnya. Bahan bangunan yang satu ini cukup populer karena memang karakteristik kekuatannya yang cukup tinggi digunakan sebagai struktur utama sebuah bangunan. Bahkan kini penggunaannya terus dimaksimalkan mulai untuk pondasi hingga atap. 

Meski begitu, tingkat kekuatan beton ini sangat tergantung dari tepat tidaknya perbandingan komposisi dari bahan-bahan penyusunnya. Oleh karena itu, dalam pembuatan beton harus melalui tahapan tes kemampuan kerja beton untuk mengontrol mutu dari sebuah beton agar bangunan maupun infrastruktur lainnya dapat berdiri dengan aman sesuai standar yang berlaku. Adapun 5 metode pengujian beton yaitu sebagai berikut:

Compression test (Uji kuat tekan beton)

Pertama, uji kuat tekan beton dilakukan untuk mengukur kekuatan beton dengan cara memberikan tekanan pada sampel beton hingga beton mengalami kehancuran. Metode pengujian ini memiliki beberapa langkah, singkatnya sebagai berikut:

  • Masukkan dan padatkan campuran beton ke dalam cetakan test beton. 
  • Setelah pemadatan selesai dilakukan, diamkan selama 24 jam. 
  • Setelah mengeras, keluarkan beton dari dalam cetakan. Setelah itu rendam dalam air selama waktu tertentu. 
  • Kemudian bawa beton ke laboratorium pengujian. Letakan benda uji beton (silinder/ kubus) pada mesin compressor secara centris.
  • Operasikan mesin kompresor dengan menambahkan beban berkisar antara 2-4 kg/cm² per detik.
  • Lakukan pembebanan sampai beton uji hancur dan catatlah beban maksimum selama pemeriksaan beton uji.
  • Gambar bentuk pecahannya dan catatlah keadaan beton uji tersebut.

Slump test (Uji slump beton)

Metode ini terbilang yang paling umum digunakan untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam campuran beton sehingga didapat mutu beton yang bagus. Proses pengujiannya dapat dilakukan baik di laboratorium maupun lokasi konstruksi secara langsung menggunakan bantuan sebuah alat bernama cetakan slump cone beton dengan langkah sbb:

  • Siapakan alat pengujian cetakan slump cone (kerucut) dan letakkan pada bidang yang datar dan tidak menyerap air.
  • Tuangkan beton pada cetakan slump cone (kerucut) secara bertahap yang diiringi dengan penekanan menggunakan tongkat besi/ baja. Hal ini agar beton yang masuk ke dalam kerucut menjadi lebih padat. 
  • Setelah cetakan terisi penuh, ratakan bagian atasnya. Lalu balik/ angkat cetakan slump dengan pelan. 
  • Dari sini dapat terlihat tingkat kemerosotan beton untuk mengetahui kemampuan kerja dan kualitas beton segar. Seberapa tinggi beton yang masih berdiri setelah kerucut diangkat itulah yang dinilai. 

Kelly ball test (Uji bola kelly)

Dikembangkan di Amerika oleh J.W Kelly, metode Kelly ball test menjadi alternatif dari penggunaan metode slump test. Sesuai penamaannya, tes kelly ball ini menggunakan alat yang terdiri dari belahan bumi (bola). Dengan metode ini, kedalaman ditentukan melalui belahan logam, yang tenggelam di bawah beratnya sendiri ke beton segar.

Metode ini memiliki keunikan yang menguntungkan dalam hal pemakaiannya. Cukup sederhana dan murah untuk mengukur kemampuan kerja beton segar. Meski hampir serupa dengan tes kemerosotan beton menggunakan slump test, tetapi pengujian kelly ball memiliki klaim lebih akurat dan lebih cepat.

Vee-Bee Consistometer Test (Uji konsistensi Vee bee)

Tes konsistensi Vee bee merupakan metode yang berlangsung di laboratorium untuk mengukur kemampuan kerja beton segar secara tidak langsung dengan menggunakan konsistensi Vee-Bee. Pengujian dilakukan menggunakan alat tes konsistensi pengukur vibrator kemudian dari hal itu dapat ditentukan waktu yang dibutuhkan untuk transformasi beton oleh getaran. Akan tetapi, metode pengujian yang satu ini biasanya dilakukan pada beton kering dan tidak cocok untuk beton yang sangat basah.

Flow test (Uji aliran)

Flow test adalah pengujian mutu beton yang dikembangkan di Jerman. Metode ini berlangsung di laboratorium untuk mendapatkan indikasi kualitas beton sehubungan dengan konsistensi atau kemampuan kerja dan keterpaduan. Secara spesifik metode flow test umumnya hanya digunakan untuk menguji beton dengan daya kerja tinggi sampai sangat tinggi. 

Itulah 5 metode pengujian beton segar yang dilakukan untuk mengontrol mutu beton sebelum digunakan untuk membangun bangunan maupun infrastruktur lainnya. Jika ada pertanyaan tentang mana dari kelima metode tersebut yang terbaik, tentu jawabannya relatif karena metode yang satu dengan lainnya memiliki keunggulan dan karakteristik penggunaannya masing-masing yang dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan. 

Artikel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *